Posts

Showing posts from 2017

[27-Juli-2017]

Sudah lama sekali rasanya hati ini pernah kau tinggali.  Sudah lama sekali—semenjak saya mulai menata hati. Kamu, yang saya kira sudah bahagia, lalu tiba-tiba datang lagi tanpa saya pinta.  Entah apa tujuannya—seolah untuk kali ini, kamu ingin 'kita' ada.  Sapaan hangat itu sukses membuat wajah saya berseri.  Canda tawa menjadi bonus untuk perayaan pertemuan kali ini. Tak lupa, rutinitas bertukar kabar itu kembali.  Hari itu, saya dan kamu yang tak sempat menjadi kita kembali ada—untuk sekali lagi.  Saya tak mengerti, apa tujuan dari semua ini.  Skenario pun sama, sukar untuk saya pahami.  Lalu, tanpa kompromi dan basa-basi,  rasa itu muncul lagi.  Rasa ingin memiliki—seseorang yang belum sempat membukakan pintu hati.  Benar-benar tak saya sangka,  segala rasa yang saya pikir sudah sirna,  kemudian hadir begitu saja hanya karena tawa bahagianya.  Rumit. segalanya menjadi berbelit.  Tidak sampai minggu ketiga, kamu dengan gagahnya men

Tulisan pengantar tidur.

"Saya akan selalu ada."  Ucapnya kala itu, dengan sorot mata khas yang berhasil buat saya jatuh dengan sebegini cinta.  "Saya nggak akan ninggalin kamu."  Lagi, seakan saya sedang bermimpi. Untuk kesekian kali, saya tampar pipi saya sendiri—sakit. Ini nyata! Tutur katanya buat saya terbang bebas ke angkasa. Bahagia.  "Saya janji."  Kesekian kali. Ucapannya benar-benar buat saya tak bisa memikirkan apa-apa—apalagi perihal setelah ini kita akan seperti apa.  Lalu seseorang menepuk pundak saya, ditanya sedang memikirkan apa, jawaban saya selalu sama; tidak sedang memikirkan apa-apa. Tak lupa saya tambahkan sedikit senyum—rutinitas saya untuk bersandiwara.  Lagi-lagi saya ditampar oleh kenyataan,  sebuah kisah yang saya kira bahagia untuk selamanya,  nyatanya hanya sementara,  pun, tak sampai menginjak bulan ketiga.  Tutur katanya masih jelas terngiang dikepala,  Bayang-bayangnya masih ada,  walau hubungan dengannya sudah kandas cukup lama

#3: Surat Tak Terkirim

Kepada; gadis yang kini disisinya, menggantikan aku.  di tempat. Dari; gadis yang pernah ada disisinya, sebelum kamu.  Aku tak ingin mengusik. Aku tak ingin merusak. Aku tak ingin merebut. Tidak. Aku tahu rasanya diusik. Aku tahu perihnya dirusak. Dan, aku tahu, rasanya milik ku direbut. Jadi, tenang, aku tak ingin melakukan itu.  Kepada gadis yang kini disisi mantan lelakiku, selamat, selamat karena kamu telah berhasil menaklukan hatinya dengan baik. Kamu berhasil mengetuk pintu hatinya hingga dalam, kamu berhasil, memahami relung hatinya secara utuh.  Aku tahu persis, seberapa keras hatinya tak mau diberi kepada salah wanita. Aku tahu persis, bagaimana sifat dewasanya ketika sedang memilih teman hidup--setidaknya untuk sekarang. Aku tahu persis, apa yang (mungkin) kamu baru tahu. Aku tahu persis, apa yang (mungkin) kamu belum tahu.  Kepada gadis yang kini disisi mantan lelakiku, selamat untuk kesekian kali, posisimu sekarang adalah dambaan wanita yang mengagumi so

Keliru

Image
Kamu bilang kamu cinta aku,  Kamu bilang kamu sayang aku, Kamu bilang, aku wanitamu. Kamu bilang kita akan terus bersama,  Sampai hari menua  Dan janji akan tetap tertawa  Jikalau masalah seberat apapun jua Kamu bilang kamu tidak akan meninggalkanku  Seperti dia yang meninggalkanmu lebih dulu  Katamu kita akan tetap satu Walau sampai sekarang status kita tidak bersatu  Halah.  Aku gerah.  Pada tutur kata, Yang hanya dimulut saja Tanpa ada bukti yang mengikutinya.  Tuan, ketahuilah  Tutur katamu manis,  Semanis senja di Parangtritis Tapi apalah guna  Aku sudah sering termakan kata-kata  Omong kosong yang mereka janjikan,  Tapi nyatanya mereka tetap meninggalkan.  Satu-dua-tiga-empat,  Berapa bisa ku hitung?  Ah, aku saja sampai bingung.  Karena janjimu terlalu menggunung. 

#2: Unsent Letter

Untuk siapapun-yang-merasa                di tempat. Apa kabar? Rasanya aneh ya? Enam tahun tidak saling bertegur sapa, tiba-tiba aku menanyakan kabar. Enam tahun tidak pernah bertatap muka, tiba-tiba aku menanyakan kabar. Enam tahun seperti tidak saling mengenal, lalu tiba-tiba aku datang menanyakan keadaan. Aneh, ya?  Ah, tidak juga. Nyatanya kamu yang lebih aneh. Kamu yang tiba-tiba pergi tanpa berpamitan, kamu yang tiba-tiba menjauh tanpa memberikan alasan, bukankah itu aneh? Aneh menurutku, jika menurutmu tidak, kamu gila.  Mari kita bahas. Aku sudah siap dengan segala resiko yang akan aku hadapi jika membahasnya; mulai dari rindu yang tiba-tiba muncul kembali, perasaan ingin menyapa yang timbul lagi, hingga tekad ingin membenarkan semuanya mulai dari awal kalau tau ending kita seperti ini. Tenang, ini aku saja kok yang merasa, kamu (mungkin) tidak. Dan ini hanya perasaanku gila saja, walau sebenarnya aku tidak akan melakukan.  Kalau kamu baca ini, kamu pasti mengira

#CERITA1: Surat dari Anna.

Sudah lama sekali rasanya nama kamu tidak lagi muncul secara rutin dihandphone saya. Lima tahun berlalu, lima tahun tak bertemu, semestinya semua baik-baik saja. Semua baik-baik saja sampai hari ini tiba. Kamu yang menyapaku terlebih dahulu, basa-basi layaknya teman baru.  "Halo," pesan pertamamu tadi malam. Lama tak saya balas, buat apa? Pikir saya.  "Apa kabar?" Lagi.  Saya pikir saya jahat kalau tidak membalas. Saya letakkan handphone saya, menunggu selama kurang lebih sepuluh menit baru saya 'beranikan' diri untuk membalas.  "Kabar saya baik."  Kemudian berdering lagi, kamu membalas lagi.  "Udah lama ya nggak ketemu, ketemu yuk!"  Hah.  Saya melihatnya kaget. Reflek saya menjatuhkan handphone. Alis saya berpautan, dahi mengernyit tak karuan.  Lalu berdering lagi.  "Saya habis putus dengan pacar saya, Ann."  Kala melihat pesan itu, kebingungan saya semakin menjadi-jadi. Sumpah, saya

(Bukan) Puisi

Sempat aku menanyakan  Bagaimana perasaan tuan  Namun tuan tetap tidak menyatakan  Hal jujur tentang perasaan  Aku lelah,  Gelisah,  Bagaimana kalau nanti kita berpisah?  Sedang aku tidak bisa berharap banyak,  Untuk membuat tuan agar tetap tinggal  Memangnya aku ini siapa?  Kau berjanji untuk tidak meninggalkan?  Janji untuk bertahan apapun keadaan dimasa depan?  Memangnya bisa?  Dengan status kita yang hanya sebagai  teman.  Tuan, kali ini aku menyerah  Menyerah dari segalanya yang terus aku pertanyakan  Dan kau yang tak pernah memberikan jawaban  Terimakasih, untuk beberapa tahun terakhir,  Tuan telah menjadi alasanku untuk bahagia.  Meskipun akhirnya kita harus berpisah juga.  Selamat minggu malam, teman-teman!  Salam,  Dikna Caesarean.