Posts

Lebaran yang Beda

Hi blogs! Minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin teman-teman semuanya! Asiiiiik makan ketupat dan opor dan rendang dan semur dan lainnyaaaaa.  Selamat lebaran ya, teman-teman semua dimanapun kalian sedang menapakan kaki. Doa lebaran kali ini selalu sama, semoga kita semua diberikan kesempatan untuk bertemu di lebaran tahun depan dengan keadaaan sehat serta banyak uang.  Jujur melow sih, agak sedikit sedih tapi masih berusaha denial rasa sedih itu.. kayak, ini tahun kedua buat gue ngerayain hari raya tanpa kehadiran ayah. Kangen banget, sama segala suasana yang pernah terekam di otak gue, momen-momen yang cuma ada setahun sekali bersama keluarga secara lengkap... hehe x Bahkan ngeliat insta story instagram temen-temen aja kayak merasa "Ya Allah, dulu gue juga pernah sebahagia mereka, foto-foto lengkap sama anggota keluarga..."  Apakah waktu bisa diulang? tidak.  Apakah yang sudah lewat bisa diperbaiki? tidak. Yang bisa cuma satu, terima.  Sekian curhatan dr aku yg

Semua akan Drakor pada Waktunya

Image
Seperti banyaknya pepatah tentang kemakan omongan sendiri, kalimat ini yang paling terngiang-ngiang di fikiran gue, kalo: "Apapun makanannya, minumnya ya ludah sendiri." HAHAHAHA. dan itu mungkin terjadi hampir di setiap orang, bohong kalau gak pernah.  Anyways, hi, blogs! Siapapun yang baca ini (gak tau deh masih ada yang baca atau engga), tapi, hai semuanyaa! Udah lama banget sejak berbagai tulisan melankolis menghiasi laman blog ini, yang kalo dipikir-pikir, gue kok pernah ya nulis segalau itu padahal gak semuanya relate sama kondisi saat itu juga sih. Aneh banget ya gue. Tapi, ada satu lagi sih yang lebih aneh yaitu gue jadi bucin Drakor alias Drama Korea jalur Corona GUYS! Emang ya, bener-bener si Corona.  Awalnya sih iseng-iseng karena saking bingungnya harus melakukan apa lagi sepanjang hari. Kerjaan di kantor yang tidak begitu banyak (HEHEHE jangan kaget kalo Swasta juga bisa santai kayak PNS ya), materi kuliah yang masih mudah buat dipelajari dengan sekali duduk, ser

Tulisan sedih

Image
Bahkan di saat gua nulis ini pun, tangisan gua pecah sepecah-pecahnya.  Lambat laun gua makin sadar, kalo siapapun yang pantes denger seluruh keluh kesah gua tuh nggak ada. Orang-orang normal sibuk berfikir rasional, sedangkan gue cuma bisa berfikir antara hidup atau mati. Kalo selamanya apa yang gua rasain itu nggak pernah masuk akal di mata siapapun, apa nggak lebih baik gue cukup ngobrol sama diri sendiri aja? Luapin semua sakit yang lagi gua rasain, bicara selayaknya bayangan gue adalah orang paling setia yang mau dengerin gue tanpa memotong, mematahkan, atau bahkan mencela sedikitpun. Orang yang nggak bakal meremehkan seluruh cerita yang udah gue ceritain, nggak bakal menjadikan cerita gue itu kompetisi dengan cerita-cerita orang lain yang lebih “menderita.” Karena orang itu paham betul gimana payahnya di saat kondisi kayak gini. Orang itu adalah, diri gua sendiri.  Gua nulis ini pada saat lagi sedih banget. Padahal gua sendiri yang pernah bilang ke orang kalo “jangan

Beberapa perayaan akan menjadi biasa aja

Image
Jarum jam menunjukan pukul 23 lebih 53 menit. Hari ke-sepuluh di bulan April. Itu artinya 2 hari lagi usia gue berkurang. Ngga tau ya, bahkan sampai detik gue nulis ini pun gue sangat tidak semangat menyambut hari itu, tepat semenjak 2 tahun yang lalu.  Fikiran gue seolah terlempar ke masa lalu, hari-hari yang gue jalanin seolah kayak ngambang gitu aja; karena semuanya gue rasa udah hancur sehancur-hancurnya. Apapun yang gue usahakan untuk bikin diri gue sendiri bahagiapun rasanya udah gak ada artinya. Hidup bagi gue udah tinggal kepahitan-kepahitan yang terus menerus gue telen, padahal udah bukan rahasia umum lagi gue benci banget sama kopi, tapi kenapa rasa dari kopi selalu harus gue minum?  Tahun ini mungkin akan jadi tahun terberat buat gue, karena bakal jadi tahun pertama gue ngerayain semuanya sendiri.  November 2019 bokap dipanggil sama yang Maha Kuasa, meskipun sedihnya masih ada banget, tapi rasa yang gue rasain pada hari itu mungkin sampai kapanpun ngga bakal bisa

[27-Juli-2017]

Sudah lama sekali rasanya hati ini pernah kau tinggali.  Sudah lama sekali—semenjak saya mulai menata hati. Kamu, yang saya kira sudah bahagia, lalu tiba-tiba datang lagi tanpa saya pinta.  Entah apa tujuannya—seolah untuk kali ini, kamu ingin 'kita' ada.  Sapaan hangat itu sukses membuat wajah saya berseri.  Canda tawa menjadi bonus untuk perayaan pertemuan kali ini. Tak lupa, rutinitas bertukar kabar itu kembali.  Hari itu, saya dan kamu yang tak sempat menjadi kita kembali ada—untuk sekali lagi.  Saya tak mengerti, apa tujuan dari semua ini.  Skenario pun sama, sukar untuk saya pahami.  Lalu, tanpa kompromi dan basa-basi,  rasa itu muncul lagi.  Rasa ingin memiliki—seseorang yang belum sempat membukakan pintu hati.  Benar-benar tak saya sangka,  segala rasa yang saya pikir sudah sirna,  kemudian hadir begitu saja hanya karena tawa bahagianya.  Rumit. segalanya menjadi berbelit.  Tidak sampai minggu ketiga, kamu dengan gagahnya men

Tulisan pengantar tidur.

"Saya akan selalu ada."  Ucapnya kala itu, dengan sorot mata khas yang berhasil buat saya jatuh dengan sebegini cinta.  "Saya nggak akan ninggalin kamu."  Lagi, seakan saya sedang bermimpi. Untuk kesekian kali, saya tampar pipi saya sendiri—sakit. Ini nyata! Tutur katanya buat saya terbang bebas ke angkasa. Bahagia.  "Saya janji."  Kesekian kali. Ucapannya benar-benar buat saya tak bisa memikirkan apa-apa—apalagi perihal setelah ini kita akan seperti apa.  Lalu seseorang menepuk pundak saya, ditanya sedang memikirkan apa, jawaban saya selalu sama; tidak sedang memikirkan apa-apa. Tak lupa saya tambahkan sedikit senyum—rutinitas saya untuk bersandiwara.  Lagi-lagi saya ditampar oleh kenyataan,  sebuah kisah yang saya kira bahagia untuk selamanya,  nyatanya hanya sementara,  pun, tak sampai menginjak bulan ketiga.  Tutur katanya masih jelas terngiang dikepala,  Bayang-bayangnya masih ada,  walau hubungan dengannya sudah kandas cukup lama

#3: Surat Tak Terkirim

Kepada; gadis yang kini disisinya, menggantikan aku.  di tempat. Dari; gadis yang pernah ada disisinya, sebelum kamu.  Aku tak ingin mengusik. Aku tak ingin merusak. Aku tak ingin merebut. Tidak. Aku tahu rasanya diusik. Aku tahu perihnya dirusak. Dan, aku tahu, rasanya milik ku direbut. Jadi, tenang, aku tak ingin melakukan itu.  Kepada gadis yang kini disisi mantan lelakiku, selamat, selamat karena kamu telah berhasil menaklukan hatinya dengan baik. Kamu berhasil mengetuk pintu hatinya hingga dalam, kamu berhasil, memahami relung hatinya secara utuh.  Aku tahu persis, seberapa keras hatinya tak mau diberi kepada salah wanita. Aku tahu persis, bagaimana sifat dewasanya ketika sedang memilih teman hidup--setidaknya untuk sekarang. Aku tahu persis, apa yang (mungkin) kamu baru tahu. Aku tahu persis, apa yang (mungkin) kamu belum tahu.  Kepada gadis yang kini disisi mantan lelakiku, selamat untuk kesekian kali, posisimu sekarang adalah dambaan wanita yang mengagumi so