#3: Surat Tak Terkirim

Kepada; gadis yang kini disisinya, menggantikan aku. 
di tempat.

Dari; gadis yang pernah ada disisinya, sebelum kamu. 


Aku tak ingin mengusik. Aku tak ingin merusak. Aku tak ingin merebut. Tidak. Aku tahu rasanya diusik. Aku tahu perihnya dirusak. Dan, aku tahu, rasanya milik ku direbut. Jadi, tenang, aku tak ingin melakukan itu. 

Kepada gadis yang kini disisi mantan lelakiku, selamat, selamat karena kamu telah berhasil menaklukan hatinya dengan baik. Kamu berhasil mengetuk pintu hatinya hingga dalam, kamu berhasil, memahami relung hatinya secara utuh. 

Aku tahu persis, seberapa keras hatinya tak mau diberi kepada salah wanita. Aku tahu persis, bagaimana sifat dewasanya ketika sedang memilih teman hidup--setidaknya untuk sekarang. Aku tahu persis, apa yang (mungkin) kamu baru tahu. Aku tahu persis, apa yang (mungkin) kamu belum tahu. 

Kepada gadis yang kini disisi mantan lelakiku, selamat untuk kesekian kali, posisimu sekarang adalah dambaan wanita yang mengagumi sosok seperti dia. Dambaan para wanita untuk menikmati cerita tentang dunia di kedai kopi untuk sekedar bersantai ria, dengan disisipi tawa canda khasnya, tutur kata manisnya, semua, semua yang ada pada dirinya. Jangan heran jika kamu hanya bisa diam saja ketika dia menjelaskan filosofi hidupnya. Jangan heran jika kamu ternganga mendengarkan bagaimana seorang dia menatap dunia. Jangan heran, itu pesanku. Karena aku pun dulu begitu, ternganga, diam, bisu, lalu dibalas dia dengan tawa. Dia menepuk pundakku kala itu, lalu menertawakan ekspresi konyol kala dia bercerita. Dan, mulai saat itu, aku tahu, kenapa aku jatuh cinta. Karena hanya dengan tawanya, aku mampu jatuh dengan sebegini cintanya. Bagaimana engkau? 

Kepada gadis yang kini diaisi mantan lelakiku, aku ingin berpesan--sebagai orang yang pernah berada disisinya juga--jagalah perasaannya, jangan buat dia kecewa karena tingkah mu, jangan buat dia kesal atau bahkan marah dengan sifat mu. Karena ketahuilah, sifatnya yang sabar lama-lama juga bisa sirna ketika ia tak tahan. Aku berpesan, jangan melakukan kesalahan yang sama denganku. Karena aku pun masih menyesal hingga sekarang--setelah lima tahun dari hari itu--rangkulannya sangat hebat, hingga meninggalkannya saja terasa berat. Kala itu mungkin aku yang salah, dia benar. Tapi apalah guna? Aku mengetahui kesalahanku sekarang saja sudah sia-sia, percuma, dia sudah bahagia bersama kamu.

Ingatkan dia jika bicaranya sudah aneh, ingatkan dia jadwal olahraganya, atau mungkin, olahraga kalian berdua, itu lebih baik. Ingatkan pola makannya, jangan terlalu sering makan makanan cepat saji, itu tidak baik untuk kesehatannya. Waktu itu, dia berjanji untuk berhenti merokok. Apakah benar? Ataukah masih? Tolong beritahu dia bahaya merokok, aku tidak ingin dia kenapa-napa.

Aku rasa cukup. Aku rasa kamu pun akan menjaganya lebih dariku, ya? Tenang, aku tidak akan mengusik, mengganggu, atau merebut. Aku hanya ingin menyampaikan pesan walau tak terkirim ini untuk melegakan hatiku. Aku ingin memeluk semua, masalalu beserta kenangannya. 

Kepada gadis yang kini berada disisi mantan lelakiku, selamat, sekali lagi, atas bahagiamu yang akan datang berkali-kali. 


Comments

Popular posts from this blog

Tulisan sedih

Tulisan pengantar tidur.

(Bukan) Puisi