Tulisan pengantar tidur.

"Saya akan selalu ada." 

Ucapnya kala itu, dengan sorot mata khas yang berhasil buat saya jatuh dengan sebegini cinta. 

"Saya nggak akan ninggalin kamu." 

Lagi, seakan saya sedang bermimpi. Untuk kesekian kali, saya tampar pipi saya sendiri—sakit. Ini nyata! Tutur katanya buat saya terbang bebas ke angkasa. Bahagia. 

"Saya janji." 

Kesekian kali. Ucapannya benar-benar buat saya tak bisa memikirkan apa-apa—apalagi perihal setelah ini kita akan seperti apa. 

Lalu seseorang menepuk pundak saya, ditanya sedang memikirkan apa, jawaban saya selalu sama; tidak sedang memikirkan apa-apa. Tak lupa saya tambahkan sedikit senyum—rutinitas saya untuk bersandiwara. 

Lagi-lagi saya ditampar oleh kenyataan, 
sebuah kisah yang saya kira bahagia untuk selamanya, 
nyatanya hanya sementara, 
pun, tak sampai menginjak bulan ketiga. 

Tutur katanya masih jelas terngiang dikepala, 
Bayang-bayangnya masih ada, 
walau hubungan dengannya sudah kandas cukup lama.
Ternyata janjinya begitu sempurna
sampai-sampai saya tidak bisa lupa. 

Ah, Tuan, 
kalau saja perkataanmu benar adanya, 
janjimu nyata, tidak mengada-ngada,
mungkin sampai sekarang kita masih ada. 
Dan aku, menjadi wanita paling bahagia—karena bisa bersanding dengan pria yang digilai banyak wanita. 

—d. caesarean.—

Comments

Popular posts from this blog

Tulisan sedih

(Bukan) Puisi